MAHKOTA BUAT IBU


Mahkota buat ibu
Oleh ; tiara putri

Setelah hari selasa, semua mata tau hari ini adalah hari rabu yang rumit, dimana sosiologi siap mematahkan pena yang begitu tergesa gesa hendak pamit. Sedangkan fisika telah bersepakat melipat logika di jam ketiga. Aahh.. rasannya ingin kutenggelamkan saja riuhnya kerumitan kerumitan ini.
Waktu memang cepat berlalu tak terasa matahari telah usai dalam menaati titah tuhannya, langit yang semula terang kini menjelma hampir kelam. Dan seperti biasannya aku duduk disamping gerbang sekolah untuk menanti jemputan ibu, tapi entah mengapa hari ini satu jam sudah aku menanti namun ibu tak kunjung juga menghampiri.
Tanpa permisi tiba-tiba saja hujan menjatuhkan dirinya kedalam pelukan bumi, yang secara tidak langsung menyuruhku menepi. Padahal aku suka hujan aku ingin menari bersama tiap-tiap tetesnya yang menghadirkan kebahagiaan, namun suara petir menggertakku dan seakan berkata jangan. Huuuh..baiklah aku hanya akan menepi dan diam.
Dalam sela-sela lamunan aku sama sekali tidak bisa memahami dalam hidup apa yang aku jadikan tujuan, karena hanya sepi yang aku kenal.
Suara dering ponselku mengejutkan lamunan, saat kubuka ternyata ada notif dari vidmate yang bertuliskan “masyita hafidzah kecil Indonesia” entah mengapa jariku langsung membukannya, dan disitu kudengar betapa indahnnya mulut kecilnya itu melafadzkan ayat-ayat suci al quran, sungguh air mataku jatuh tak terbendungkan, rasannya pada detik itu juga aku telah menemukan apa yang ingin kujadikan tujuan. Iya aku ingin menjadi seorang penghafal Al Quran.
Suara clacson berbunnyi, ternyata ibu telah datang dan hujan juga sudah reda dengan segera aku masuk kedalam mobil, tanpa sepatah kata ..ya..walaupun aku tidak sedang murka.
Sesampainnya dirumah aku langsung masuk kamar lantas menjatuhkan diri di Kasur biruku itu . Hah penat sekali rasannya dan lagi-lagi seolah ada panggilan jiwa aku terus membuka youtube dan melihat ceramah-ceramah perihal keutamaan penghafal al quran dan lainnya. Dan itulah yang aku lakukan selama beberapa  hari terakhir ini untuk menaungi rasa sepi.
Setelah melalui banyak pertimbangan, aku memberanikan diri untuk meminta izin pada ibu guna mewujudkan impianku untuk menjadi seorang pengahafal al quran.
Kala itu kami seusai shalat isya’ berjamaah dirumah, setelah selesai berdoa aku langsung mengawali perbincangan dengan ibu, ”bu bolehkan imfeila menannyakan sesuatu pada ibu?” ibu pun menjawab “tentu saja fei” iya, fei begitu ibu biasa memanggilku. ”bu, apakah ibu tidak ingin aku menjadi seorang hafidzah?” ibu kemudian menjawabnya dengan santai sembari merapikan mukenannya. ”tentu saja ibu ingin fei, tapi kamu itu anak ibu satu satunya kalau kamu ingin menjadi hafidzah kamu kan harus mondok, nanti ibu sama siapa ? kan ayahmu juga sudah meninggal sejak sebelum kamu dilahirkan nak.” aku pun tak kuasa menahan air mata lantas sekali lagi aku mencoba meyakinkan ibu. ”bu tapi fei mohon izinkan fei memberikan sesuatu kepada ibu, yang tidak semua anak bisa memberikan itu kepada oranngtuanya.” ibu pun menjawab “apa maksutmu nak?”. “aku pun  mencoba menjelaskan ini pada ibu .”fei mendengar ini dari ustadzad Hidayat .Lc bu beliau mengatakan bahwa Allah akan memberikan mahkota kepada orang tua yang anaknya mampu menghafal al quran, dan izinkan fei merangkaikan mahkota itu untukmu bu.. biarkan hafalanku menjadi mutiara-mutiara penyusun  indahnya mahkotamu. Biar mahkota itu yang akan menjadi bukti betapa mahalnya perjuanganmu menghidupi dan mendidikku sendian, biar ayah dan ibu tidak akan tertunduk malu, biar semua mata di syurga nanti melihat fei memakaikan mahkota itu dikepala ibu, biarkan fei bu.. biarkan “.
Sebelumnya aku belum pernah melihat ini dari ibu, ibu yang tidak pernah menangis hari ini air mata menenggelamkan paras nya yang cantik. “jangan menangis bu, baiklah bila ibu tidak mengizinkan fei tidak akan memaksa bu.. tapi ibu jangan menangis. Dan suatu hari nanti jika ibu tidak menjumpai fei di syurga, ingatkan pada Allah bu bahwa fei pernah mengatakan ini pada ibu, bahwa fei ingin menghafal ayat-ayat-Nya dan menjadi salah seorang wakil dari-Nya untuk menjaga ayat-ayat-Nya, katakan itu kepada-Nya bu!”. Ibu memelukku dengan erat, kami berdua sama-sama tak kuasa menahan air mata, saat itu detik terasa melambat menuju menit  “baiklah putri kecil ibu, ibu bangga padamu nak, demi Allah ibu ridho kamu pergi nak. Namun satu hal ingatlah baik-baik biatkanlah sesuatu itu karen Allah, jangan karena siapapun termasuk ibu, dengan begitu semuannya akan jadi baik, insyaallah.”
Aku tersenyum mendengar jawaban ibu  “terimakasih bu, fei janji fei akan sungguh-sungguh. Fei akan pergi, tapi fei akan kembali dan memberikan hadiah itu di syurga nanti bu”. “iya nak, ridho ibu dan ridho Allah membersamaimu “jawab ibu mengakhiri perbincanagan syahdu kami malam itu.
Beberapa hari setelah mengurus surat pindah dari sekolah, kemudian mendaftarkan diri kepondok tahfidz terbaik pilihan ibu ,juga menjemput keponakan kecilku faiza yang akan menemani ibu selama aku mondok.
Hari pertama langkahku untuk merajut mahkota untuk ibu pun dimulai, bersama ibu, bibi dan faiza aku berangkat kepenjara suci itu, dan disinilah babakan awal dari perjuangan kumerajut mahkota buat ibu dimulai, ridhomu dan Allah yang akan membimbingku bu………….

1 Komentar