3 KAMAR, 3 KEPALA, DAN 3 IDEOLOGI

3 Kamar, 3 Kepala, dan 3 Ideologi Inilah Berpisahnya Jalan 3 Orang Sahabat Penghuni Kost-Kostan HOS TJokroaminoto


Sebuah rumah yang terletak di Gang Paneleh VII, di tepi Sungai Kalimas, Surabaya menjadi saksi persahabatan tiga sekawan. tiga orang pemuda rantau, yaitu Semaun, Soekarno dan Sekarmaji menyewa kamar disana. Selain tinggal di rumah itu, mereka juga sekaligus berguru pada sang pemilik kos, Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.
.
Soekarno , Semaun dan Sekarmadji muda bertetangga kamar. Saat Soekarno berlatih orasi hingga larut malam, Semaun lah yang menjadi penilainya. Semaun sering kali meniru-nirukan dan mentertawakan Soekarno. Sekarmadji bergabung kemudian usai menderes Al-Quran.
.
Soekarno yang mulai mondok di rumah Tjokro saat berusia 15 tahun memang sudah terlihat bakatnya sejak muda. Dia pandai berorganisasi dan juga orator ulung.
.
Semaun adalam pemuda luar biasa. Ia sudah mengenal politik sejak usia masih belia, 14 tahun. Semaun yang beraliran sosialis dan tergila-gila Karl Marx pernah bergabung dengan Sarikat Islam yang dipimpin Tjokro dan menjadi ketua cabang Semarang di usia belum genap 20 tahun, Semaun kemudian keluar karena berbeda pandangan dan menjadi salah satu pendiri Partai Komunis Indonesia. .
Sementara Sekarmadji yang alim dan cenderung pendiam, bercita-cita mendirikan Negara Indonesia atas dasar islam...
.
Siapa sangka, Tiga sekawan itu kemudian pun menjadi tokoh pergerakan kemerdekaan negeri ini. Mereka menjadi pimpinan partai dan organisasi yang diikutinya..
.
Soekarno menjadi tokoh nasionalis, Semaun menjadi pentolan komunis dan Sekarmadji teguh dengan islamis. Jalan hidup dan ideologi yang berbeda menjadikan mereka seteru pasca kemerdekaan. Tiga sekawan pun berada di persimpangan jalan. Saat usia republik masih sangat belia, tahun 1948 di Madiun, Semaun mendeklarasikan Republik Sosialis Indonesia. Semaun menantang Soekarno yang diproklamirkan menjadi presiden pertama RI. Soekarno pun tak tinggal diam. Batalyon Siliwangi yang terkenal dengan kemampuan 'nggegirisi' saat perang kemerdekaan dikerahkan ke Madiun untuk memadamkan pemberontakan PKI yang dicetuskan sahabat yang dulu selalu mendengarkan orasinya itu bersama penghuni kost lainnya, Musso.

Soekarno pun tak tinggal diam. Batalyon Siliwangi yang terkenal dengan kemampuan 'nggegirisi' saat perang kemerdekaan dikerahkan ke Madiun untuk memadamkan pemberontakan PKI. .
Perang saudara pertama pasca kemerdekaan ini akhirnya dimenangkan Soekarno. Ia pun harus menyaksikan kematian tetangga kamarnya saat kost di Surabaya itu. Sahabat yg menjadi lawan diskusinya dalam hal politik harus tewas ditangannya.
.
Baru setahun peristiwa Madiun berlalu, Sekarmadji,  mendeklarasikan Negara Islam Indonesia di Malangbong, Jawa Barat. Sekarmadji Maridjan Kartosoewiryo diangkat menjadi Imam Negara dan enggan mengakui republik yang dipimpin sahabatnya, Soekarno. .
Soekarno pun kembali harus bertindak tegas terhadap sahabatnya ini.. Tentara dikerahkanya untuk memberangus Sekarmadji dan pengikutnya. Setelah berperang lebih dari 13 tahun, Sekarmadji akhirnya terdesak. Taktik pagar betis Pasukan Siliwangi mengurungnya dan Ia akhirnya berhasil ditangkap. Sekarmadji akhirnya dieksekusi di Pulau Seribu pada september 1962..
.
Sekali lagi, Soekarno harus menyaksikan teman mondoknya di Surabaya itu dieksekusi. Usai kematian dua sahabatnya itu, Sang Proklamator banyak merenung. Ia berusaha menyatukan pemikirannya dengan pemikiran Semaun dan Sekarmadji. Soekarno kemudian mencetuskan Nasional, Agama dan Komunis atau yang dikenal Nasakom untuk menjadi landasan hidup bernegara. Namun, nasib Soekarno sendiri kemudian juga harus berakhir mengenaskan terkena gelombang intrik licik pasca peristiwa G 30 S PKI. Meski berbeda pandangan, ketiga tokoh itu bisa menjadi bisa menonjol dan menjadi pemimpin besar tak lepas dari peran 'Sang Guru' pemilik kost kostan yakni Tjokroaminoto. .
Pesan yang selalu diingat oleh murid-muridnya termasuk 'triple S', Soekarno, Semaun dan Sekadmadji adalah kata-kata ini "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator". Tiga sekawan itu menjalankan benar-benar pesan itu. Mereka sama-sama piawai menulis dan menjadi 'singa' diatas podium. Sayang, ketiganya harus berpisah jalan karena idelogi yang berbeda..
.
.
Sumber : https://www.kompasiana.com/igoendonesia/5535a1c46ea834370fda42e1/simpang-jalan-tiga-sekawan-
@mvw.mystic

0 Komentar

Terbaru